Sungguh penuh barakah bulan Sya’ban. Wajah perbankan syariah akan segera berubah dengan banyaknya bank syariah yang melakukan penawaran saham kepada publik. Beberapa bank syariah lain mendapat tambahan saham dari induknya, beberapa lainnya mendapat investor strategis.
Pertama, Bank BRI Syariah melakukan penawaran saham perdana (IPO) yang akan mengangkat statusnya menjadi bank BUKU 3. Kedua, Bank BTPN Syariah juga melakukan IPO yang akan memantapkan posisinya sebagai bank mikro dengan profitabilitas tertinggi dibandingkan semua bank yang ada di Indonesia. Ketiga, Bank Panin Dubai Syariah diperkirakan akan melakukan penawaran saham kedua kalinya ke publik yang akan memperbaiki kinerjanya.
Keempat, Bank BJBS diperkirakan akan mendapat tambahan modal dari induknya sehingga mengembalikan kemampuannya melakukan ekspansi bisnis. Kelima, Bank BNI Syariah diperkirakan juga akan mendapat tambahan modal untuk mendukung pertumbuhan asetnya yang melewati 30 trilyun. Keenam, Bank Muamalat diperkirakan sebelum Oktober tahun ini telah mendapat investor strategis. Ketujuh, Maybank Syariah Indonesia telah mendapat tambahan modal dan selesai melakukan perbaikan laporan keuangannya.
Kinerja menggembirakan juga terjadi di banyak unit usaha syariah (UUS). Empat UUS asetnya telah melewati 20 trilyun yaitu Bank CIMB Niaga, Bank Maybank, Bank Permata, dan Bank BTN. Keempat UUS ini juga memiliki kinerja yang baik, profitabilitas tinggi dengan tingkat pembiayaan bermasalah kecil. UUS Bank NTB malah akan sebesar induknya karena seluruh Bank NTB akan selesai dikonversi menjadi syariah tahun ini.
UUS yang dimiliki BPD juga mengalami kemajuan signifikan dilihat dari kinerja keuangan pada posisi Desember 2017. Dua UUS milik BPD telah melampaui aset 4 trilyun yaitu Bank Jateng dan Bank DKI. Secara total aset seluruh UUS milik BPD mencapai 29 trilyun dengan rata-rata tingkat keuntungan (ROA) 2,72% dan rata-rata tingkat pembiayaan bermasalah neto (NPF) hanya 1,74%. Bila dijumlahkan aset seluruh UUS milik BPD dengan aset Bank Aceh dan aset Bank NTB hasil konversi, maka asetnya mendekati 60 trilyun.
Bank Aceh merupakan contoh sukses proses konversi Bank Umum Konvensional menjadi Bank Umum Syariah. Dengan NIM 7,61%, ROA 2,51% dan BOPO 78% Bank Aceh memiliki potensi besar untuk mencapai skala aset yang lebih besar. Lazimnya BPD, masa depan Bank Aceh mempunyai dua skenario. Pertama, mempertahankan status regional champion di Aceh dengan skala bisnis pada kisaran 20 trilyunan dan rasio keuangan dengan profitablitas tinggi. Kedua, melakukan ekspansi keluar Aceh menjadi pemain nasional.
Bank BJBS merupakan contoh menarik. NIM (selisih pendapatan aktiva terhadap biaya bagi hasil dana) nya hampir mencapai 5%, tapi ROA nya negatif. Hal ini mengindikasikan BJBS dapat dibagi menjadi dua sistem pengelolaan bank yaitu sebagai “good bank” yang tercermin dari NIM nya yang relatif tinggi yaitu 4,68%, dan sebagai “bad bank” yang tercermin dari ROA nya yang negatif. BOPO Bank BJBS yang diatas 100%, tepatnya 134,63% menambah kuat indikasi tersebut. Dengan membagi sistem pengelolaan Bank BJBS menjadi good bank dan bad bank, maka good bank BJBS dapat fokus menjaga rasio BOPO yang berasal dari kegiatan operasional pada tingkat yang efisien. Sedangkan bad bank BJBS dapat focus menyelesaikan pembiayaan bermasalah yang pada gilirannya dapat menurunkan BOPO yang berasal dari biaya pencadangan pembiayaan bermasalah.
Pembagian good bank dan bad bank juga dapat memudahkan bank induk untuk menghitung kebutuhan tambahan modal kepada bad bank untuk dapat melakukan hapus buku atau menjual pada Asset Management Company sehingga kinerja bank secara keseluruhan segera menjadi baik ketika dilakukan hapus buku pembiayaan bermasalahnya.
Fenomena yang agak berbeda namun dapat berujung dengan skenario yang sama adalah Bank Muamalat. NIM nya sebesar 2,48% tidak setinggi NIM BJBS, tapi ROA Bank Muamalat positif 0,11%. BOPO Bank Muamalat juga masih dibawah 100%, yaitu 97,68%. Hal ini merupakan indikasi scenario good bank dan bad bank juga dapat diterapkan di Bank Muamalat. Dengan pembagian ini diharapkan good bank Bank Muamalat dapat focus mengembangkan bisnis dan meningkatkan profitabilitasnya, sedangkan bad bank Bank Muamalat dapat focus pada perbaikan pembiayaan bermasalahnya.
Kondisi Bank Muamalat saat ini merupakan saat yang tepat bagi investor strategis untuk masuk karena dapat membeli sahamnya dengan harga yang murah (undervalued) untuk mendapatkan bank yang memiliki prospek sangat bagus dan kekuatan merek (brand equity) yang kuat. Diperkirakan sebelum Oktober proses masuknya investor strategis telah selesai, dan di akhir tahun 2018 kinerjanya menjadi salah satu yang terbaik.
Bank Syariah Mandiri dan BRI Syariah merupakan dua bank syariah dengan NIM yang relative tinggi yaitu diatas 5%, walaupun ROA kedua bank ini masih rendah. Bank dengan NIM tinggi walaupun memiliki ROA rendah dapat mengindikasikan beberapa kemungkinan. Pertama, NIM yang tinggi belum diimbangi oleh efisiensi operasional yang setara. Kedua, belum diimbangi dengan efektifitas pengelolaan risiko pembiayaan. Ketiga, masih terbebani oleh aset tidak produktif dan/atau aset produktif berimbalan rendah di masa lalu.
Dalam kondisi BRI Syariah ini, diperkirakan penawaran saham perdana akan berada pada harga 1 – 1,3 kali nilai nominalnya. Dengan NIM yang relative tinggi, di pasar sekunder diperkirakan harga sahamnya akan memiliki trend meningkat menjadi 1,7 – 2 kali pada tahun ini.
Bank BTPN Syariah masih tetap menjadi upside outlier karena kinerjanya yang secara ekstrim lebih baik daripada industri perbankan syariah, bahkan bila dibandingkan dengan bank konvensional terkemuka sekalipun. NIM nya sangat tinggi yaitu 35,96% dengan ROA 11,19% dan ROE 36,50%. Harga saham nominal Rp 100 ditawarkan seharga Rp 975. Dengan kinerja yang ekstrim baik dan tren membaik ini, tantangannya adalah menjaga terus kinerja bank sehingga tren harga sahamnya terus meningkat.
Kebangkitan kembali industri perbankan syariah dengan wajah baru dan postur yanag lebih kuat, lebih baik profitabilitas nya, lebih banyak memberikan manfaat, lebih barokah. Setiap upaya menghidupkan kembali nilai-nilai ekonomi syariah akan mengundang keberkahan Allah untuk bangsa ini. Upaya untuk memenangkan pelaku ekonomi syariah dalam persaingan bisnis, sama pentingnya dengan upaya menegakkan syariah itu sendiri.
Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang menghidupkan salah satu saja dari sunnah-sunnah ku, kemudian diikuti oleh yang lain, maka yang pertama menghidupkan itu akan mendapatkan juga pahala orang yang ikut mengamalkan tanpa mengurangi pahala orang yang mengikuti itu”.
Adiwarman A. Karim