Tidak pernah terbayangkan sebelumnya pangsa pasar perbankan syariah melampaui lima puluh persen. Jauh diatas pangsa pasar negara manapun. Aneh tapi nyata. Itulah yang akan terjadi di Aceh bulan Agutus ini. Dua puluh lima tahun sejak berdirinya bank syariah di Indonesia, untuk pertama kalinya perbankan syariah melakukan ekspansi signifikan.
Sama tidak terbayangkan sebelumnya Islam menyebar cepat ke Persia, Romawi Timur dan Afrika di jaman Umar bin Khattab RA. Kejadian itu juga terjadi dua puluh lima tahun sejak Islam disebarkan oleh Rasulullah saw.
Ekonomi yang diterapkan Umar RA adalah ekonomi yang berbasis sektor riil. Sedangkan sektor moneter hanya mempunyai satu tugas utama yaitu menjaga stabilitas nilai uang. Kebijakan moneter tidak pernah digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi karena risiko pertumbuhan palsu. Sebaliknya stabilitas nilai uang akibat kebijakan moneter yang tepat akan memacu pertumbuhan yang sehat.
Joshua Aizenman, Brian Pinto, Vladyslav Sushko masing-masing peneliti di Universitas Southern California, Bank Dunia, dan Bank for International Settlements dalam penelitian mereka “Financial sector ups and downs and the real sector in the open economy” menyimpulkan bahwa manipulasi di sektor keuangan memang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi perlahan, yang selanjutnya akan diikuti dengan krisis ekonomi. Dalam istilah mereka, naik dengan tangga turun dengan parasut.
Adrian Costeiu dan Florian Neagu, peneliti di European Central Bank dalam penelitian mereka “Bridging the banking sector with the real economy” juga menegaskan bahwa stabilitas keuangan akibat industri perbankan yang sehat akan mendorong pertumbuhan sektor riil. Stimulasi pertumbuhan ekonomi melalui ekspansi kredit yang dipicu oleh naik turunnya tingkat bunga akan berdampak buruk. Pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan hanya sekejap namun menciptakan ketidak stabilan keuangan yang jauh lebih lama.
Pierre Monnin dan Terhi Jokipii, peneliti di Swiss National Bank dalam penelitian mereka “The impact of banking sector stability on the real economy”, malah lebih tegas kesimpulannya. Ketidak stabilan sistem perbankan akan meningkatkan ketidakpastian pertumbuhan ekonomi. Menggunakan data 18 negara OECD, mereka menujukkan ketidak stabilan perbankan kwartal ini akan langsung berdampak pada pertumbuhan palsu (overestimate) kwartal berikutnya.
Martin Neil Baily dan Douglas J. Elliott, peneliti di The Brookings Institution dalam penelitian mereka “The Role of Finance in the Economy: Implications for Structural Reform of the Financial Sector” mengerucutkan tiga fungsi utama lembaga keuangan. Pertama, menyediakan pembiayaan untuk sektor riil. Kedua, menyediakan likuiditas untuk transaksi. Ketiga, mengelola risiko keuangan nasabah. Konglomerasi lembaga keuangan dengan batas fungsi dan wewenang yang semakin tidak jelas batasannya, akan menyudutkan masyarakat dan regulator pada keadaan terpaksa menyelamatkan bank tersebut untuk menghindari kerusakan yang lebih besar.
Keberhasilan Aceh membalikkan keadaan perbankan syariah, dari minoritas menjadi mayoritas, seyogyanya membuka mata kita. Bila Malaysia dengan top down approach nya setelah tiga puluh tiga tahun baru mencapai pangsa pasar 20 persen, maka Aceh dengan top down approach mencapai lebih 50 persen hanya dalam beberapa bulan. Survei yang dilakukan menunjukkan 95 persen nasabah menghendaki perbankan syariah. Yang terpenting adalah pembiayaan diberikan untuk sektor riil.
Keberhasilan ini dapat memicu hal yang sama di daerah-daerah lain. Nusa Tenggara Barat juga berpotensi mengkonversi bank konvensional menjadi bank syariah. Konversi ini juga akan membawa dampak ganda, mengurangi asset perbankan konvensional 8 trilyun dan menambah asset perbankan syariah 8 trilyun.
Sulawesi Selatan dan Barat juga berpotensi melakukan spin off, lalu menerbitkan saham baru dengan harga lebih tinggi daripada nilai bukunya. Konsep Uni-Sulawesi untuk bank syariah di Sulawesi berpotensi besar. Begitu pula dengan daerah-daerah lain misalnya Uni-Kalimantan, Uni-Sumatera, Uni-Jawa. Pemilik unit usaha syariah yang akan di spin off senang mendapat keuntungan selisih harga saham dengan nilai buku, investor baru juga senang karena entry barrier yang lebih ringan.
Ditundanya merger bank-bank syariah milik BUMN, membuka peluang penerbitan saham baru dengan harga lebih tinggi daripada nilai bukunya. Maraknya investor baru akan meningkatkan daya saing perbankan syariah. Untuk antisipasi maraknya investor baru, perlu kiranya disusun kriteria dan batasan kepemilikan khususnya investor asing atau kriteria Qualified Foreign Investor for Islamic Finance. Jangan terjadi kepentingan sesaat untuk menambah modal menggadaikan potensi pasar Indonesia yang demikian besar.
Regulasi saat ini yang memberikan insentif dalam bentuk ketentuan khusus untuk Giro Wajib Minimum, Alokasi Modal Inti, Financing to Value, menjadi faktor pendorong. Ketersediaan dana jangka panjang melalui dana haji, dan pilihan pembayaran gaji pegawai negeri melalui bank syariah, menambah daya tarik perbankan syariah.
It’s harvest time. Tahun 2017, tepat 25 tahun sejak berdirinya bank syariah pertama di Indonesia adalah masa panen keberhasilan perbankan syariah.
Setelah 23 tahun Rasulullah SAW menerangi kegelapan dunia menyebarkan Islam, Abu Bakar diangkat sebagai pemimpin pertama umat islam setelah Rasul SAW wafat. Abu Bakar memimpin selama dua tahun dari tahun 632 hingga tahun 634 M.
Setelah itu, tepat 25 tahun, it’s harvest time. Umar bin Khattab RA yang menggantikan Abu Bakar RA, menjadi khalifah selama sepuluh tahun dari 634 – 644 M. Pada masa kepemimpinan Umar RA, wilayah Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.
William Strauss dan Neil Howe, dalam dua buku mereka Generations dan The Fourth Turning, yang terinspirasi dari pemikiran Ibnu Khaldun, menjelaskan generational theory. Setiap generasi mengalami masa tanam, masa panen, masa digantikan generasi baru. Pemikiran Ibnu Khaldun dirangkum oleh Selim Cafer Karatas dalam “The Economic Theory of Ibn Khaldun and the Rise and Fall of Nations”.
Daron Acemoglu, guru besar Universitas MIT, dalam penelitiannya “Thinking about the Rise and Decline of Nations” mengembangkan model matematika ekonomi untuk menjelaskan dan memprediksi kebangkitan dan kejatuhan suatu generasi.
Inilah musim panen bagi keuangan syariah di Indonesia. Kaum sufi selalu mengingatkan nilai-nilai yang diajarkan Rasulullah SAW, “majulah tanpa menyingkirkan, naiklah tinggi tanpa menjatuhkan, jadilah baik tanpa menjelekkan orang lain, dan jadilah benar tanpa menyalahkan”.
Adiwarman A. Karim
Terima kasih atas info tentang : It’s Harvest Time.
semoga selalu up to date dan sukses terus.